Hey ^^

Thursday, August 8, 2013

"Cher..."


        Entah apa yang salah pada otakku. Aku merasa tidak nyaman ketika ia memanggilku dengan namaku. Sebelumnya ia bahkan tak pernah menyebut namaku. Seingatku, ia menyebut namaku beberapa bulan lalu. Ia selalu memanggilku 'kamu'. Ia bahkan tak pernah memanggilku dengan panggilan 'adik' atau semacamnya. Aku merasa.... spesial. Aku merasa akulah 'kamu'nya. Tapi pagi ini, ia memanggilku dengan namaku. Ia menyebutkan kata "Cher...". Aku merasa canggung dan aneh. Bahkan tak ada seulas senyum tipis pun tersungging di bibirku. Aku malah mengerutkan kening dan memicingkan mata. Tahukah seberapa buruk rasanya?

Tuesday, August 6, 2013

He was he, and I was I

          Lagi iseng buka google dan nemu ini..

       "If you press me to say why I loved him, I can say no more than because he was he, and I was I."
       -Michel de Montaigne 

Aku. Hujan. Kisah Klasik

   
         Matahari tiba-tiba bersembunyi. Kumpulan awan perlahan muncul. Sepertinya awan nimbo-stratus, awan yang menimbulkan hujan gerimis. Tepat. beberapa saat setelah kumpulan awan nimbo-stratus bergerak memenuhi langit, rintik-rintik air jatuh dari langit. Suara percikannya yang jatuh mengenai atap-atap rumah terdengar klasik. Aroma yang ditimbulkan ketika menyentuh tanah terasa magis.
         Aku senang kala hujan tiba. Aku suka menikmati rintik-rintik langit itu. Biasanya, ketika suara rintik hujan terdengar, aku segera berlari menuju teras belakang rumahku, duduk bersimpuh lutut di sana dan menikmati waktu hujan. Kemudian aku akan menjulurkan tangan dan memejamkan mata untuk merasakan dinginnya rintik langit itu. Bahkan terkadang, aku iseng menengadahkan kepalaku ke atas, merasakan rintiknya yang perlahan membasahi wajahku. Klasik. Benar. Bagiku, sesuatu yang berhubungan dengan hujan -dan bukan bencana alam- terasa klasik. Bahkan kisah cinta -sepihak- ku pun menjadi klasik karena secara tidak langsung berhubungan dengan hujan. Manusia 'baik hati' itu menyukai hujan. Akupun juga sering menggunakan hujan sebagai media bercengkrama dengannya. Absurd. Well.
         Aku menyukai hujan. Karena hujan membuat cuaca menjadi tidak panas terik. Karena hujan membuat rerumputan terlihat segar. Karena hujan membuat sumur tak kering. Karena hujan membuat sebagian orang membuat kopi hangat. Karena hujan membawa kedamaian. Karena hujan itu klasik dan magis. Karena hujan itu romantis. Dan satu alasan lagi, karena fakta bahwa manusia 'baik hati' itu juga menyukai hujan..

Monday, August 5, 2013

Akhir Tahun Lalu, Awal Perkenalan Kami


  Ini cerita tentang seseorang yang sebenarnya biasa saja, namun sisi menariknya sangat mendominan untukku. Ini bukan fiksi seperti yang biasa ku posting disini, ini nyata, dari sudut pandangku pastinya..

  Akhir tahun lalu aku tak begitu mengenalnya. Meskipun untuk alasan formal aku harus mengenalnya, aku tak begitu tertarik. Yang kutahu, dia orang yang menyebalkan, semaunya sendiri, juga cuek. Hey, bukan, aku tidak menguntitnya atau semacam itu. Sifat itu tergambar jelas dari tampilan luarnya. Entah aku yang terlalu cepat berpersepsi atau bagaimana.
  Sebenarnya aku sering melihatnya, bahkan dari jarak dekat. Ya meskipun jarak dekat itu karena bangunan yang aku tempati berseberangan dengan 'bangunan' yang sering ia kunjungi pada jam istirahat -siang-. 'Bangunan' itu adalah mushola berlantai dua di seberang gedung tempat kelasku berada. Ya. Aku sering melihatnya berdiri atau duduk di balkon sedang menatapi 'sesuatu'. Entah 'sesuatu' itu apa. Namun arah matanya jelas.
  Aku tak tahu siapa namanya atau ia di kelas apa dan jurusan apa. Aku tak tahu sama sekali. Hingga suatu ketika aku mendengar seorang temanku dan temannya temannya sedang bercerita tentang sesuatu. Mereka tak menyebutkan nama atau identitasnya, tapi aku tahu yang mereka ceritakan adalah orang itu. Aku yakin sekali karena ciri-cirinya....tepat.

-to be continued-